Menguji Cinta Pacar
“Aku cinta padamu!” Hmm……jangan cepat percaya. Ujilah cinta
itu, jika tidak bisa-bisa engkau akan menderita selamanya karena menerima
“cinta palsu”. (Bang JS)
Bayangkan, calon staf
yang melamar kerja saja sekarang diuji macam-macam. Bukan hanya ujian
kepandaian, tapi juga uji kesehatan hingga psikotes. Bahkan saat diterima ada
istilah magang, pegawai kontrak, hingga diangkat sebagai pekerja tetap. Nah,
jika demikian ketat seleksi jadi staf di sebuah lembaga, apalagi saat menerima
“lamaran cinta” seorang pria atau wanita. Kita patut mengujinya dengan seksama.
Kini sudah mulai ada alat tes pranikah. Baik untuk menguji
kepribadian maupun kesehatan mental. Alangkah baiknya sebelum melanjutkan
hubungan ke arah yang lebih serius setiap orang perlu menguji (cinta) calonnya.
Menguji Cinta
Berikut ini ada cerita menarik tentang bagaimana seorang
Putri Raja menguji Cinta 3 Pangeran yang melamarnya.
Alkisah Seorang Raja perkasa dan terkenal bijak didatangi
tiga raja tetangga. Masing-masing Raja menawarkan putra mereka agar boleh
mempersunting Putri sang Raja. Tentu Sang Raja tidak mudah memutuskan.
Akhirnya dia memanggil si Putri dan meminta dia memutuskan
yang terbaik untuk dirinya. Berkat bimbingan penasehat Raja, si Putri Raja
membuat satu kontes sederhana tapi dampaknya sungguh besar.
Si Putri Raja meminta setiap Pangeran tadi masuk sebuah
ruangan besar, bercat putih bersih. Mereka diminta menghadap satu sisi tembok.
Putri Raja meminta satu permintaan yang sulit diterima yakni,
” Jika Pangeran benar-benar mencintai saya mohon berlari
kencang dan tabrakkan diri Pangeran ke tembok di depan sana”
Pangeran pertama, langsung menyerah. membayangkan dia akan
benjol dan geger otak. Dia mundur dengan teratur.
Pangeran kedua, lebih berani. Dia segera ancang ancang dan
berlari sekencang-kencangnya. Namun menjelang dua meter dari tembok dia
berhenti. Dia pilih undur diri dari kontes ini. Dia merasa si Putri Raja ini
aneh.
Beda dengan Pangeran ketiga. Sejak awal dia sudah kenal
baik, bahwa Raja itu terkenal bijak, si Putri Raja namanya harum sebagai Putri
yang berbudi luhur. Dia berpikir “Pasti ini hanya suatu jebakan, tidak mungkin
dia akan membinasakan kami. Itu bisa membuat perang…”.
Dia segera ambil ancang-ancang dan berlari kencang hingga
menabrak tembok tadi. Badannya jeblos ke dalam ruangan sebelah. Ternyata tembok
itu hanyalah terdiri dari karton tebal yang mirip tembok bata.
Sang Putri Raja akhirnya berkenan menerima cinta Pangeran
ketiga, sebab cintanya telah teruji.
Cinta Palsu?
Meski umumnya orang menikah bilang karena cinta, namun
sebenarnya ada beberapa alasan yang lebih kuat mendorong orang menikah. Alasan
itu pada dasarnya bukanlah cinta. Beberapa contoh:
Orang (terpaksa) menikah karena kadung sudah ada hubungan
intim atau hamil. Sebagian lain karena status sosial dan desakan orangtua.
Lainnya karena Merasa takut apa kata orang banyak kalau mereka tidak jadi nikah
karena sudah lama pacaran? Meskipun
pacarnya punya kecendrungan kasar dan gemar memukul, dia tetap
memaksakan diri menikah.
Ada pula yang menikah karena motif ekonomi, berharap calon
pasangannya bisa menjamin masa depannya. Meski ia tahu orang itu lebih pantas
ayah atau ibunya, tetap saja ngotot menikah. Sebagian lain karena dijodohkan
Ortu.
Sebagian lainnya “jatuh cinta” karena sering-sering ketemu,
ya akhirnya suka juga. Yang lebih serius, menikah karena berharap pasangannya
bisa menjadi pengganti ayah atau ibunya. Jika alasan di atas menjadi motif Anda
(akan) menikah, sebaiknya ditunda.
Kenali dengan Baik
Teman, Cinta itu tidak buta. Setiap orang yang mau menikah
haruslah mengenali, mencermati, dan
memahami benar orang yang akan anda nikahi
seumur hidup. Amati Sifat, karakter, fisik, kesehatan, intelektual,
hobby, latar belakang keluarga, dsb. Pastikan lebih banyak kesepadanan daripada
perbedaannya. Pastikan anda yakin bisa fit atau tepat dengan calon pasangan anda.
Sama seperti kisah Putri Raja di atas, sangat baik Anda
menguji kualitas pribadi dan cinta pasangan Anda. Tidak cukup melakukan tes
kesehatan. Ujilah kepribadian pasangan Anda dan kualitas hubungan Anda selama
berpacaran.
Caranya, Temui dan Dengarkanlah pendapat penasehat
perkawinan. Sangat baik jika sebelumnya anda berdua mengikuti tes pranikah,
alat bantu yang membuat kalian lebih
saling mengenal secara objektif. Meski
harus mengeluarkan uang dan waktu yang tidak sedikit, hasil tes itu akan
menjadi bekal kalian saling mengenal sebelum memutuskan jadi menikah atau
tidak.
Alat “Uji” Sederhana
Jika belum memungkinkan mengikuti tes pranikah dan bertemu
Konselor, di bawah ini ada daftar
pertanyaan sederhana yang bisa membantu kalian.
Ini tentunya bukan
alat tes psikologi, tetapi hanya alat bantu bagi Anda untuk mengevaluasi
hubungan dengan calon Anda. Penulis berharap, Anda benar-benar menikah dengan
Orang yang sudah anda kenal cukup baik sebelum menikah
Mulailah dengan melingkari angka di bawah ini.
Angka 0 mewakili kualitas yang rendah dan 9 mewakili kualitas yang tinggi
1. Apakah Anda benar-benar mencintai pasangan Anda: 0 1 2 3
4 5 6 7 8 9
2. Berapa jujur pacar Anda?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3. Bertanggungjawabkah dia ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4. Apakah dia setia ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5. Apakah dia respek pada Ortunya ? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
6. Apakah dia baik dalam bergaul? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
7. Apakah Anda menyukai perangai atau sifatnya? 0 1 2 3 4 5
6 7 8 9
8. Apakah anda merasa bebas berkomunikasi terutama perasaan
Anda pada pacar Anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9
Cobalah diskusikan secara jujur dan terbuka. Evaluasi dengan
sungguh-sungguh sudah sejauh mana jalannya relasi kalian. Biasanya kalian
bertemu secara berkala, kadang sekali seminggu, atau ada yang sebulan sekali.
Nah, bicarakan dan
diskusikanlah hal-hal di bawah ini. Memang cukup sensitif, tetapi sangat
penting untuk dibicarakan secara terbuka dan rasional. Kalian bisa menambah
atau mengembangkannya.
1. Apa sih alasan kamu mencintai Saya dan memilih saya jadi
suami/istrimu ?
2. Apakah kamu merasa kita lebih banyak cocok atau perbedaan
selama ini?
3. Apa yang kamu harapkan dari aku jika sudah menjadi
suami/istrimu nanti?
4. Menurut kamu apakah konflik kita masih sehat atau tidak?
Apakah hubungan ini baik untuk diteruskan atau tidak demi kebaikan bersama?
Sifat Ortu dan Pacar Anda**)
Disamping itu baik juga mengInventarisasi Kepribadian
Pasangan Memahami kepribadian biasanya
bisa nampak dari sebagian sifat orangtua
masing-masing. Ambillah waktu untuk membagikan beberapa sifat yang menonjol
(plus atau minus) dari Ayah dan Ibu.
Bisa dimulai dengan melingkari jawaban di bawah ini lalu
mendiskusikannya secara terbuka dan hangat. Jangan lupa sebagian sifat ortu
“nempel” di kita. Jangan lupa eksplorasi latar belakang, situasi dan
sebagainya. Di antaranya adalah (bisa kalian tambahkan):
1. Mudah marah
2. Dominan dan bisa memimpin
3. Bertanggungjawab
4. Adil
5. Pemurung
6. Suka gugup
7. Egois
8. Humoris
9. Keras kepala
10. Mudah gaul
11. Gampang tersinggung
12. Pemaaf
13. Suka gosip
14. Percaya dirinya bagus
15. Pendendam
16. Menghargai orang
17. Aktif berorganisasi
18. Suka menolong
19. Bisa dikritik
20. Sayang pada Mama/Papa
21. Sayang anak-anak
Berikutnya, dengan
panduan yang sama di atas, sharingkanlah
secara pribadi pendapat Anda tentang sifat pacar, bergantian. Berikan opini dan harapan-harapan Anda.
Mungkin ada yang bisa diperbaiki sebelum memasuki pernikahan. Setidaknya bahan
diskusi ini bisa dibicarakan selama 1 tahun, satu atau dua topik dalam satu
bulan
Kemungkinan Terburuk
Beberapa orang biasanya tidak menyiapkan kondisi terburuk
dari suatu pernikahan. Padahal ada banyak kemungkinan buruk terjadi. Meski
tidak kita harapkan, tapi patut kita siapkan. Ada beberapa kondisi yang perlu
anda siapkan lewat beberapa pertanyaan di bawah ini. Memang sifatnya
sangat pribadi dan tidak mudah
didiskusikan dengan calon Anda. Tapi ya
dicoba saja. Ini sangat baik dibicarakan sebelum menikah.
1. Apa yang kamu lakukan jika suatu hari setelah kita
menikah, aku kecelakaan atau sakit parah dan tidak bisa memberi kebutuhan
biologis mu
2. Apa sikapmu jika setelah menikah sekian lama ternyata
kita tidak mendapatkan anak
3. Apa pendapatmu jika suatu saat aku di PHK dan lama tidak
memiliki pekerjaan yang memadai?
4. Mamaku sudah lama sakit, dia tinggal sendiri. Bagaimana
jika akhirnya mama minta tinggal dengan kita?
5. Apa yang akan kamu lakukan jika ternyata setelah sekian
lama kita menikah ada “orang ketiga” diantara kita?
6. Tambahkan sendiri he he he….
Penutup
Halooo…ini hanya sekedar berbagi, jangan jadi takut menikah
ya. Jangan…..
Tulisan ini bisa dipakai sebagai alat brainstorming atau
bahan diskusi awal untuk lebih saling mengenal. Sangat dianjurkan menemui
konselor perkawinan, atau psikolog yang bisa memberikan psikotes untuk anda
berdua. Sehingga hasilnya lebih afdol, dan persiapan menikah lebih baik.
Dianjurkan konseling pranikah sedikitnya sekitar 4-6 bulan, lebih panjang
persiapan semoga hasilnya lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar