Kebesaran
Jiwa Seorang Ibu
Di sebuah kota kecil hiduplah
seorang ibu dengan anaknya laki laki. bapak dari anak ini sudah meninggal sejak
ia masih dalam kandungan ibunya.
Sang bapak meninggal akibat suatu
kecelakaa
n. Tinggallah sang ibu bekerja keras
siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia
bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga
dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan.
Kebanyakan ia melakukan semua
pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup
berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia
harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh
dengan pekerjaannya?
Di usia tiga tahun sang anak tiba2
sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat.
Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan
telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan
itupun belum cukup. Sang ibu akhirnya meminjam ke sana-sini, kepada siapapun
yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
dengan modal pinjaman dari orang
lain maka sang anak mulai membaik. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter
menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya.
Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal
dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli
obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging.
Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua
orang yang ia kenal, dan belum terbayar. Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia
tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb
telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia tiba2
mendapatkan ide untuk menjual sebagian darahnya.hasil penjualan darahnya hanya
mampu membeli setengah kilo daging sapi.setiap saat anak butuh konsumsi daging
sapi,sang ibu kembali harus menjual darahnya.
Waktu telah berlalu Sang anak juga
sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah
bisa meninggalkan anaknya di siang hari,dan pada sore hari ibunya mencuci
pakaian tetangga untuk menambah penghasilan.
Hari2 mereka lewatkan dengan
kebersamaan, penuh kebahagiaan. sang anak senang sekali melihat ibunya
tertawa,karena di tawanya sang ibu membuat sang anak mendapatkan sesuatu yang
indah bila di pandang. Sejak saat itu sang anak memutuskan untuk membuat ibunya
bahagia.Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya
menyuci di malam hari.
Ia tahu ibunya masih menyuci di
malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. "Ma,biar saya
cucikan semua baju itu"kata sang anak di saat ibunya hendak mencuci
pakaian tetangga.
"Biar nanti mama saja yang
mencuci,nak.kamu nanti kelelahan dan tidak bisa belajar nanti."jawab ibu
"ma,tolong kasih saya saja yang
mencuci baju itu,mama saya lihat sudah kelelahan dari pagi tadi bekerja di
toko." paksa sang anak sambil menatap ibunya dengan wajah memohon agar ia
di berikan mencuci pakaian itu.di gandengnya tangan ibunya untuk masuk ke dalam
rumah,setelah ibunya di dudukan di kursi sang anak beranjak untuk mencuci
pakaian. sang ibu hanya menatap anaknya di tempat duduk dengan mengalirkan air
mata,"Ia memang seorang anak yang cerdas dan rajin" gumam ibunya
dalam hati.
Setiap pulang sekolah sang anak
mengambil pakaian dari tetangganya untuk di cuci.
Ia juga tahu, bulan depan adalah
hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah Gaun, yang sangat
didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi
segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Gaun itu sangat
bagus, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain yang perlu dibiayai. Di lain waktu sang anak segera pergi ke
toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko
agar menyimpan gaun tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu
punya uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”,
kata sang anak dengan serius.
Ternyata, bulan depan sang anak
benar2 muncul untuk membeli Gaun tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang
anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana
kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan ?”. “Saya tidak mencuri, kakek.
Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik angkutan pulang
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari
sekolah ke rumah, uang jajan dan ongkos saya simpan untuk beli gaun ini. Kakiku
sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini.
Ia akan marah” kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang
dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu,
dan menyerahkan gaun tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan
anaknya. gaun ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari
mana uang untuk membeli gaun tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.
“Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu
mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2
tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. “Walaupun
kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu
tentang hal ini?” kata sang ibu.
Lalu ibu mengambil rotan dan mulai
memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya
sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar
saat memukul anaknya. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan
hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar
keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah
mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu
tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah
salah satu tetangganya yang merupakan familinya.Ketika ia keluar melihat ke
rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia
segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke
arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
“Nak, ketahuilah, anak yang baik
tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”.
Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan
bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk
menyimpangaun tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang
tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga
menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah
dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli
gaun kesukaan ibunya.
Tampak sang kakek meneteskan air
mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu
segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan
tersedu-sedu?.”Maafkan saya, Nak.” “Tidak Bu, saya yang bersalah”???..jawab si
anak. "saya hanya ingin membuat ibu bahagia" ucapnya dengan
menanggis.
Ketika sang anak bertambah besar
sang ibu menginginkan anaknya kuliah mengambil jurusan satra inggris. Keuangan
sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya,sehingga ia bisa membiayai
kuliah anaknya di ibukota. maka kuliahlah sang anak di ibukota sedang sang ibu
masih tetap tinggal di rumah dan ia bekerja dengan tekunnya. "aku harus semakin
rajin bekerja untuk membiayai anakku." pikir sang ibu.
Selama kuliah sang anak telah
menunjukan prestasi yang gemilang,ia berusaha mendaptkan nilai yang
bagus,karena ia ingin membuat ibunya bahagia..Tiba waktu wisuda sang ibu pun
menghadiri wisuda anaknya. ia duduk di barisan kedua di antara para orang tua.
acara demi acara telah berjalan dengan baik.tiba waktunya untuk pemberian
penghargaan bagi siswa yang teladan. Dan tanpa di duga sang anak mendapat
penghargaan tersebut sebagai anak yang pintar dan teladan.
Sang anak mendapat pangilan untuk
maju ke mimbar dan dosen mempersilahkan sang anak untuk menyampaikan ucapan
terima kasih. Suasana di ruangan mendadak sunyi,yang hanya terdengar suara
langkah sang anak menuju mimbar. di depan mic sang anak menanggis sambil
menatap wajah ibunya dan ia mulai berkata. "mama,apa yang aku dapat ini
tidak sebanding dengan apa yang mama lakukan kepada saya. Ini bisa saya dapat
pun dari usaha tangan mama."
Suasana semakin hening yang
terdengar hanya tangisan dari sang anak dan isak dari ibunya.dengan mata yang
masih tertuju kepada ibunya sambil meteskan air mata ia melanjutkan.
"sesungguhnya,saya tidak menginginkan jurusan ini,karena saya tidak suka.
tetapi karena mama yang meminta saya untuk mengambil jurusan sastra inggris
akhirnya saya hanya menurut apa kata mama.
sebetulnya saya mau menolak apa yang
mama mau,tapi karena saya berjanji untuk membuat mama bahagia,akhirnya saya
berusaha untuk mewujudkan impian mama." sang ibu tak kuasa membendung air
matanya. Lalu sang anak melanjutkan, "dengan hormat saya mengundang mama
untuk naik ke mimbar,biar mamalah yang layak memegang penghargaan ini. sang ibu
langsung berlari dan memeuk anaknya dengan begitu sayang,mereka berpelukan
sambil menanggis bersama sama.
suasana menjadi tampak mengharukan
semua orang yang hadir di ruangan itu pun ikut meneteskan air mata menyaksikan
adegan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar